Menjadi Orang Samaria Yang Baik

Kata Alkitab / 23 January 2009

Kalangan Sendiri

Menjadi Orang Samaria Yang Baik

Puji Astuti Official Writer
8471

Cerita mengenai  orang Samaria yang baik hati mungkin sangat familiar bagi kita. Namun kita tidak pernah menyadari, bahwa orang yang terluka karena dirampok dan dipukuli serta hampir mati itu ada di dekat kita. Saat Anda berada di kantor, berjalan melewati koridor ruangan dimana rekan-rekan Anda berada, apakah Anda bisa menangkap pancara mata dari tatapan mereka?

Saya tidak tahu apakah Anda pernah menjadi pihak penabrak dalam sebuah kecelakaan serius, tetapi jika Anda pernah, pasti Anda tidak akan pernah dapat melupakan tatapan mata korban. Tatapan mata itu adalah tatapan mata takut dan tidak berdaya. Seperti itulah tatapan dari pejalan kaki yang di rampok di jalan dan ditemukan  oleh orang Samaria yang baik hati itu. 

Orang ini ditinggalkan dalam keadaan sekarat, nyaris mati, dan tidak ada pengharapan. Anda akan menemukan wajah terkejut yang penuh darah, basah dan kesepian.

Sesungguhnya, ada ratusan goa dan celah tersembunyi tempat begal bisa melompat dan mencegat orang-orang di sekitar Anda, dan memukuli serta merampok kehidupan mereka. Ancaman begal itu sekarang Anda sebut sebagai persaingan kerja, stres, tekanan untuk tampil baik, kegagalan, beban berlebihan, dan masih banyak hal lainnya. Namun efek dari semua itu tetap sama, orang merasa diabaikan, sepi, takut, ragu, bahkan putus asa.

Dalam cerita tersebut, Tuhan Yesus mengisahkan ada tiga pribadi yang melewati tempat kejadian. Seorang imam, kemudian orang Lewi, lalu orang Samaria yang dibenci oleh orang Yahudi.  Dua orang pertama cepat-cepat melewatinya. Satu orang berhenti untuk memberikan pertolongan.

Mengapa orang ini berhenti? Dalam kisah ini Yesus menjelaskan bahwa empati yang dalam telah menggerakkan hati orang Samaria ini untuk membantu. Hal ini bisa diterjemahkan sebagai belas kasihan. Jauh di dalam hatinya ia digerakkan oleh empati dan kepedulian.

Sangat penting menggaris bawahi perbedaan antara simpati dan empati. Simpati adalah kesedihan yang Anda rasakan untuk orang lain. Kata kuncinya disini adalah ‘untuk', hal ini menyiratkan adanya jarak antara Anda dan orang yang sedang dalam kedukaan. Sedangkan empati adalah Anda berbagi emosi dengan seseorang. Kata kuncinya disini adalah ‘dengan', yang menciptakan keterkaitan antara Anda dan orang lain.

Berempati terhadap orang lain mengandung resiko. Orang Samaria ini mengambil resiko itu. Ia tahu kemungkinan ia akan dibenci oleh orang Yahudi yang ditolongnya, tetapi ia tetap menolong. Apakah Anda mau mengambil resiko yang sama?

Perubahan jadwal pribadi. Karena harus menolong pria yang di rampok itu, orang Samaria ini pasti mengalami perubahan rencana atas perjalanannya.  Mungkin ia sudah memiliki janji, dan ia harus melewatkannya demi menolong orang terluka itu. Maukah Anda korbankan waktu-waktu penting Anda untuk menolong mereka yang terluka di sekitar Anda?

Pengorbanan. Ia berhenti, mengeluarkan uang dan melibatkan dirinya dengan menjadi penanggung dari orang yang terluka itu. Ia memberikan hatinya yang penuh belas kasihan, mengulurkan tangannya sehingga kotor sewaktu mengangkat pria ini. Seberapa besarkah Anda mau berkorban dan terlibat dengan orang lain?

Kita harus mempertajam kepedulian terhadap orang-orang yang terluka dan memerlukan bantuan di sekitar kita, yang teramat membutuhkan bantuan. Perjalanan dan pekerjaan di sepanjang kehidupan terkadang berbahaya. Dan terkadang kita pun membutuhkan seorang Samaria yang baik hati hadir dalam kehidupan kita untuk berhenti dan mengamati kondisi kita serta mengulurkan tangannya, dan bukannya melewati kita begitu saja.

Sumber : Life@work, John C Maxwell/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami